This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 01 April 2012

Obat Mujarab Untuk Ketenangan Hati

Sebagai orang beriman, seseorang harus senantiasa meng-agungkan Allah Azza wa jalla, takut dan berharap hanya kepada Nya semata, dan merasa malu bila mengabaikanNya. Seorang mukmin tidak boleh kendor dari tingkatan iman yang telah dicapainya, meski intensitas keimanan seseorang amat ditentukan oleh tingkat kekuatan iman yang dimiliki. Terabaikannya hal-hal tersebut dalam sholat, dapat disebabkan oleh kekacauan pikiran, perhatian yang terpecah, hilangnya jiwa dalam munajat, dan lalai dalam sholat. Oleh karena itu aktivitas mental yang acak yang akan mengganggu sholat sedapat mungkin harus diatasi, sehingga ketenangan hati selalu terjaga dalam setiap sholat. Untuk menghilangkan gejala tersebut, kita harus mencari penyebabnya, karenanya marilah kita cari di mana letak penyebabnya. Pikiran sesat memang dapat disebabkan oleh hal-hal yang bersifat lahiriah, ataupun hal-hal yang bersifat batiniah.
Sebab-sebab lahiriah (eksternal) merampas perhatian kita lewat mata dan telinga. Semula kita hanya menaruh perhatian. Kemudian pikiran mulai tertarik, dan akhirnya proses berlangsung terus. Penglihatan merangsang pemikiran, dan pikiran akan mendorong lahirnya sesuatu yang lain. Kesan yang ditangkap oleh indera tidak akan pernah menyesatkan mereka yang berkemauan kuat dan bercita mulia, tetapi akan sangat mengganggu mereka yang lemah.
Penyembuhannya adalah dengan memotong habis penyebab-penyebab tersebut dengan jalan menundukkan pandangan, berdoa di tempat yang sunyi dan terpisah, tidak membiarkan adanya pengganggu panca indera, atau sholat dengan posisi dekat dinding, yang dapat mengurangi jangkauan indera penglihatan. Sebaliknya, sebaiknya menghindari dari sholat di tepi jalan, di tempat yang penuh ukiran dan karya seni serta di atas alas bercorak warna-warni.
Itulah mengapa orang-orang yang tekun beribadah biasanya sholat ditempat yang sempit dan bercahaya temaram, yang hanya cukup untuk bersujud, namun demikian hal ini lebih mudah untuk melakukan pemusatan pikiran (khusyu’). Mereka yang menunaikan sholat di masjid, selalu menjaga pandangannya agar tetap tertuju ke tempat sujud. Mereka merasa bahwa sholatnya akan sempurna apabila tidak terpengaruh oleh orang yang ada di sisi kanan dan kirinya. Ibnu Umar tidak pernah membiarkan sesuatu tergeletak di tempat sujud, bahkan satu mushaf Al-Qur;an sekalipun. Ia akan menyisihkan pedang dan akan menghapus tulisan yang ada di hadapannya.
Sebab-sebab batiniah (internal) merupakan suatu persoalan yang lebih serius dan untuk mengatasinya memang lebih sulit. Barangsiapa pikirannya bercabang-cabang pada persoalan duniawiah, niscaya akan melayang-layang ke mana-mana. Menutup mata sekalipun tidak akan membantu memecahkan persoalan, karena sumber gangguan sudah ada di dalam diri. Maka cara untuk mengatasi gangguan tersebut adalah dengan memahami makna bacaan sholat, kemudian berusaha memusatkan perhatian pada makna tersebut, seraya mengusir pikiran lain. Akan sangat bermanfaat apabila sebelum takbiratul ihram melakukan beberapa persiapan, yaitu dengan memperbarui ingatan akan kemungkinan datangnya hari akhirat, dengan menyadari bahwa dirinya akan mermunajat kepada Allah Azza wa jalla, Dzat Yang Maha Perkasa. Tak kalah pentingnya, apabila sebelum takbiratul ihram kita mengosongkan hati dan pikiran dari segala sesuatu yang mengganggu, serta membebaskan diri daripadanya.
Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Utsman bin Abi Syaibah, “Aku lupa mengingatkanmu agar menyembunyikan periuk yang ada di rumahmu. Sesungguhnya tidak wajar, apabila di dalam rumah ada sesuatu yang dapat mengganggu manusia dari sholatnya.” (HR Abu Dawud, dari Utsman bin Thalhah). Ini adalah suatu teknik menenangkan pikiran. Apabila gejolak pikiran tidak kunjung reda, maka yang diperlukan bukan lagi obat penenang, melainkan pencahar yang akan menguras seluruh sumber penyakit hingga ke akar-akarnya.
Artinya bahwa orang tersebut harus meneliti segala sesuatu yang mengganggu dan menyelewengkan  ketenangan hati. Tidak perlu diragukan lagi, penyebabnya dapat ditelusuri pada apa saja yang diminatinya, dan telah berbalik menjadi salah satu bentuk hawa nafsu.
Oleh sebab itu, setiap orang harus berupaya mengendalikan nafsu dengan cara mengosongkan diri, mengekang, atau memutuskan hubungan dengan godaan nafsu. Segala sesuatu yang mengganggu sholat adalah musuh agama, termasuk tentara iblis yang bermaksud mengganggu manusia. Dan menahannya jelas akan mendatangkan kemudharatan, dan akan lebih baik untuk mengeluarkannya. Oleh sebab itu, orang harus berdisiplin, untuk selalu berupaya membersihkan diri dari segala sesuatu yang dapat mengganggu sholat. Rasulullah saw. Suatu saat pernah sholat menggunakan jubah yang bersulam indah, pemberian Abu Jahm. Seusai sholat beliau bermaksud mengembalikan jubah tersebut, dan berkata, “Kembalikan jubah ini kepada Abu Jahm, karena jubah itu telah mengganggu sholatku. Dan tukarkan saja dengan jubah Abu Jahm yang sudah sering dipakainya itu.” (H.R.. Bukhori Muslim). Rasulullah saw juga pernah memiliki sandal baru. Beliau sangat senang terhadap sandal tersebut, sehingga ketika sholat muncul keinginan untuk melihatnya. (H.R. Ibnul Mubarak).
Menurut hadis lain, nabi Muhammad saw. Menyadari keteledorannya, sehingga ketika sujud, beliau berdoa, “Kurendahkan diri dihadapanMu ya Allah, kiranya Engkau tidak memurkaiku.” Lalu setelah sholat beliau beranjak pergi, dan memberikan sandal baru tersebut kepada pengemis pertama yang dijumpainya. Kemudian beliau meminta kepada Ali ra. Untuk membelikan sandal dari kulit yang hanya dibuang bulunya saja. (H.R. Abu Abdullah bin Haqiq).
Sebelum turun larangan bagi laki-laki untuk memakai hiasan emas, Rasulullah saw. Biasa memakai cincin emas di jarinya. Dan ketika beliau berdiri di atas mimbar, cincin itu pun dibuang seraya bersabda, “Barang itu telah menggangguku, aku harus memandang benda tersebut dan juga memandangmu.” (H.R. an Nasa’i).
Diriwatkan bahwa Abu Thalhah suatu hari sholat di taman miliknya, kemudian pandangannya tertuju pada burung penghisap madu, dan matanya mengikuti gerak burung tersebut, sehingga tak ingat berapa banyak rakaat yang sudah diselesaikannya. Kemudian, seusai sholat Abu Thalhah mendatangi Rasul saw. Dan menerangkan kekacauan yang baru saja menimpanya, dan kemudian berkata, “Ya Rasulullah, taman ini telah memalingkanku dari sholat (yang khusyu’), kini aku hendak menyedekahkannya. Gunakan sekehendak Anda, ya Rasulullah.” (H.R. Imam Malik). Sedang menurut riwayat lain, Abu Thalhah ketika sholat di taman terganggu oleh dengung lebah yang mengelilingi buah dari pohon yang ada di taman tersebut. Ia bertemud engan Utsman ra. Dan kemudian menawarkan taman tersebut sebagai sedekah, agar dimanfaatkan bagi kepentingan di jalan Allah. Utsman kemudian menjual taman tersebut seharga lima puluh ribu.
Hal demikian dimaksudkan untuk menghilangkan pengganggu pikiran dan juga menutupi kekurangan sholat yang telah dilaksanakannya. Obat-obat (pengobatan) ini jelas diharapkan dapat mengatasi sumber penyakitnya; itu adalah obat yang paling efektif. Cara-cara lunak seperti menenangkan diri dan berkonsentrasi penuh pada pemahaman ucapan sholat, hanya bermanfaat jika godaan hawa nafsu dan angan-angan berskala rendah. Akan tetapi tidaklah tepat (mengambil cara tersebut) apabila gangguan dan godaan terlalu kuat, karena justru akan menarik Anda sehingga kehilangan milik terbaik Anda. Disamping itu, Anda juga akan terbelenggu, sehingga seluruh sholat yang Anda kerjakan terganggu.
Perhatikan analogi ini:
Ada seorang laki-laki bersandar dibawah pohon untuk istirahat. Ia bermaksud mengosongkan pikirannya, tetapi di atas dahan, burung pipit bertengger sambil tak henti-hentinya berkicau. Lewat sepotong kayu di tangannya, diusirnya burung tersebut, tetapi tidak pernah berhasil. Kembali ia menenangkan pikirannya, dan burung pipit itupun kembali berkicau. Akhirnya datang seseorang dan berkata kepadanya, “Ini adalah pekerjaan yang sia-sia, dan tidak akan pernah ada habisnya. Jika anda menghendaki penyelesaian tuntas, maka potonglah pohon tersebut!” Agaknya seperti itulah pohon hawa nafsu. Jika ia telah bersemi dan bercabang, niscaya akan menempel segala pikiran dan keinginan, sebagaimana burung pipit yang hinggap di dahan. Demikian pula tertariknya lalat pada kotoran-kotoran, yang sudah merupakan karakteristiknya. Dan pikiran yang kacau, ibarat lalat yang beterbangan ke sana ke mari.
Sesungguhnya manusia sentiasa dikelilingi oleh hawa nafsu dan mustahil terbebas darinya, dan juga tidak semua orang bisa mengatasinya. Hawa nafsu tersebut memiliki akar yang sama, yaitu cinta dunia. Inilah sumber dari setiap kesalahan, kekurangan dan kerusakan. Dengan hati yang dipenuhi rasa cinta dunia, seseorang akan demikian tergila-gila terhadapnya, sehingga iapun lalai untuk mencari bekal kehidupan akhirat.
Orang seperti itu tidak akan pernah merasakan nikmatnya sholat. Mereka yang terlalu cinta dunia, berkuranglah cintanya kepada Allah, bahkan mungkin tidak bermunajat kepadaNya. Pada dasarnya manusia digerakkan oleh apa yang dicintainya, sehingga bila kesenangan atau kecintaannya tertumpu pada dunia seisinya, pasti hanya dunia itu saja yang ada di dalam pikirannya. Namun demikian, manusia yang mengharapkan rahmat Allah swt, harus selalu berupaya mengembalikan hatinya pada sholat, dan mengurangi atau mengatasi apa saja yang dapat memalingkan dari Nya.
Ini adalah obat pahit, sedemikian pahitnya, sehingga kita lebih suka memuntahkannya. Bila demikian, maka penyakitnya akan tetap kronis dan tidak akan tersembuhkan. Orang-orang sufi pada umumnya melakukan sholat dengan khusyu’, di dalam hatinya tidak sedikitpun terbesit perkara-perkara duniawi, lain halnya diri kita yang mengerjakan sholat sebatas sebagai tugas. Maka, tiada harapan bagi orang seperti kita! Bila kita sekedar ingin selamat dari murka Allah, hanya karena sepertiga atau setengah sholat kita, sungguh amal kita adalah campuran antara yang baik dan yang buruk!
Kesimpulannya, segala keinginan duniawi dan ukhrawi di dalam hati manusia bagaikan air yang dituang ke dalam segelas cuka; seberapa banyak air yang tertuang, sebanyak itu pula cuka yang akan tumpah dari dalam gelas dan keduanya tidak akan tercampur.
Keadaan Batin Pada Setiap Tahapan Sholat
Adzan
Ketika anda mendengar panggilan sholat oleh muadzin, maka berusahalah membayangkan hingar bingar teriakan di hari kiamat. Persiapkan diri, lahir dan batin untuk menjawabnya. Mereka yang segera menjawab ajakan tersebut, niscaya akan menjadikan dirinya orang yang mendapat perlakuan lemah lembut di hari pembalasan nanti. Untuk itu ingatlah sekarang: Jika Anda menjawab seruan dengan rasa senang dan gembira, didorong oleh keinginan memenuhi panggilan adzan, percayalah di hari pengadilan kelak Anda akan bersuka ria dengan kabar gembira dan kemenangan. Itulah mengapa Rasulullah saw. Sering berkata, “Gembirakanlah kami wahai Bilal!” demikianlah karena Bilal seorang muadzin, dan shoalt itu sendiri merupakan kegembiraan dan kesenangan bagi Rasulullah saw.
 
Bersuci Diri
Ketika hendak menyucikan sesuatu yang ada disekitar anda secara cepat ruangan, pakaian, hingga akhirnya kulit anda maka jangan sampai mengabaikan keadaan batin, ayng merupakan tempat bersemayamnya hati, tempat bersemayamnya segala sesuatu. Bersungguh-sungguhlah untuk menyucikan dengan bertobat dan menyesali diri, serta janji untuk meninggalkannya di masa mendatang. Bersihkanlah batin anda dengan cara ini, karena batin merupakan tempat yang diawasi oleh Dzat yang anda sembah.
 
Menutup Aurat
Menutup aurat berarti anda menutup bagian-bagian tubuh dari pandangan manusia. Tetapi bagaimana mengenai aurat batin dan rahasia pribadi anda yang keji, dimana hanya Allah swt. Sajalah yang menyaksikannya? Sadarilah kesalahan-kesalah ini. Tutupilah semuanya, tetapi ingat bahwa tiada sesuatupun yang dapat disembunyikan dari penglihatanNya. Hanya dengan tobat, malu serta takut, niscaya Allah akan memaafkannya.
 
Menghadap Kiblat
Menghadap kiblat berarti anda memalingkan wajah lahiriyah dari segala arah selain ke arah Rumah Allah swt. (Ka’bah). Apakah anda mengira bahwa tidak akan diminta untuk memalingkan hati dari segala sesuatu, lalu hanya menghadapkan diri kepada Allah swt. Semata? Tentu saja tidak benar, karena Ka’bah ini merupakan tujuan dan seluruh gerak sholat! Nabi Muhammad pernah bersabda, “Ketika seseorang sholat, dimana keinginan, wajah dan hatinya hanya tertuju kepada Allah Azza wa jalla, maka seusai sholat akan menjadikan dirinya bagaikan bayi yang baru dilahirkan ibunya.”
 
Berdiri Tegak
Berdiri tegak, maksudnya beridir lurus lahir dan batin di hadapan Allah Azza wa jalla. Kepala anda, yang merupakan bagian tertinggi dari tubuh, supaya sedikit membungkuk sebagai tanda kerendahan hati serta melepaskan diri dari keangkuhan dan kesombongan.
 
Niat
Ketika bernia, bayangkan bahwa diri anda tengah memenuhi pangilanNya, dengan melaksanakan sholat dalam rangka kepatuhan terhadap perintahNya, dengan cara melaksanakan sholat secara tepat serta menghindarkan dan meniadakan segala sesuatu yang akan mengganggu dan merusakkannya. Dan dengan melakukan semuanya secara tulusdan ikhlas semata-mata karena Allah Azza wa jalla, demi mengharap ganjaran dari Nya dan dijauhkan dari siksaNya, mencari kasih dan sayangNya
 
Takbir
Ketika mengucapkan takbir, hati anda tidak boleh menyangkal apa yang tengah diucapkan oleh bibir anda. Bila di dalam hati anda merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari Allah swt, walau apa yang anda ucapkan benar, maka Allah swt, akan menggolongkan anda seorang penipu.
 
Doa Iftitah
Ketika mengucapkan doa iftitah (pembuka), anda tengah mewaspadai kemusyrikan yang ada di dalam diri. Ini berkenaan dengan mereka yang beribadah demi manusia, ataupun yang mengharapkan rahmat Allah Azza wa jalla semata. DifirmankanNya “maka barangsiapa mengharapkan pertemuan denagn Tuhannya, hendaklah mengerjakan amal kebaikan. Dan dalam beribadah kepadaNya, jangan mempersekutukan Dia dengan sesuatupun.” (QS.18:110)
Ketika anda mengucapkan “Auszu billahi minasy syaithanirrajim” (Aku berlindung kepada Allah swt dari godaan setan ayng terkutuk), maka sesungguhnya harus disadari bahwa setan adalah musuh sejati, dan ia selalu mencari celah dan kesempatan untuk memisahkan anda dan Allah Azza wa jalla. Setan akan selalu menghalangi anda dalam melakukan munajat kepada Allah swt. Dan untuk bersujud kepadaNya
 
Membaca Ayat Al-Qur’an
Mengenai membaca Al-Qur’an, maka dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
1.        Mereka yang menggerakkan lidahnya tanpa kesadaran (artinya tidak memahami apa  yang dilafalkan oleh lidah)
2.        Mereka yang secara sadar memahami apa yang dilafalkan oleh lidah, memahami maknanya  dan        seolah mendengarkannya sebagai ucapan orang lain, inilah derajat yang dicapai “golongan kanan”
3.        Mereka yang bermula dari menyadari makna, menjadikan lidah sebagai juru bahasa bagi kesadaran batin. Lidah memang dapat berperan sebagai penerjemah batin dan sekaligus guru sejati bagi hati. Bagi mereka yang sangat dekat dengan Tuhan, maka lidah berperan sebagai penerjemah
 
Rukuk
Allah swt. Menyaksikan hambaNya yang tengah berdiri, rukuk dan sujud. Sebagaimana Dia berfirman, “Yang melihatmu ketika berdiri dan melihat gerak gerikmu di tengah orang-orang yang bersujud” (QS 26:218)
Rukuk dan sujud yang disertai pengakuan akan keagungan Allah Azza wa jalla. Di dalam rukuk, Anda memperbarui penyerahan diri dan rasa rendah hati, serta selalu menyebarkan kesadaran betapa ketidak mampuan dan ketidak bermaknaan kita dihadapan Dzat Yang Maha Agung. Untuk menegaskan hal ini, anda memerlukan (mencari) bantuan lidah, dengan mengagungkan asma Tuhan serta berulang kali mengakui keagungan kekuasaanNya, baik secara lahirah ataupun batiniah.
Kemudian anda bangkit dari rukuk, berharap bahwa Dia (Allah) akan mencurahkan rahmatNya kepada anda. Untuk mempertegas harapan ini dalam diri anda mengucapkan, “”Sami’allahu liman hamidah” (Allah mendengar siapa saja yang memujiNya). Untuk menyatakan syukur, anda segera menambah, “Rabbana lakal hamdu” (Wahai Tuhan, hanya bagiMu lah segala pujian). Untuk menunjukkan banyaknya atau memperbanyak pujian, anda juga mengucapkan, “mil as samawati wa milal ardhi” (yang memenuhi seluruh langit dan bumi).
 
Sujud
Selanjutnya anda bersujud. Ini adalah tingkatan pengungkapan penyerahan diri tertinggi, yang mana anda menyentuhkan bagian termulia dari badan, wajah ke wujud yang rendah, tanah. Apabila mungkin, akan lebih baik bersujud tanpa alas, yang tentu saja hal ini lebih menggambarkan sikap kerendahan hati dan berserah diri.
Apabila anda meletakkan diri dalam posisi yang sedemikian rendah, maka akan lebih menyadari dengan siapa anda berhadapan. Anda telah mengembalikan cabang pada akarnya, karena anda berasal dari tanah dan kelak akan kembali ke tanah pula. Pada saat yang sama anda juga memperbarui kesadaran batin akan keagungan Tuhan, seraya berkata, “Subhana rabbiyal a’la” (Mahasuci Tuhan Yang Mahatinggi). Pengulangan ucapan ini hanya akan lebih memperkuat pengakuan anda, karena mengucapkannya hanya sekali saja dirasa tidak memadai.
Ketika batin anda merasa terpuaskan dalam mengharapkan kasih sayang Ilahi, yakinlah bahwa Tuhan akan selalu mengaruniakan kasih dan sayang Nya. Bahwa kasih dan sayangNya selalu mengalir kepada mereka yang lemah dan rendah, tidak bagi yang sombong dan congkak.
Selanjutnya anda mulai mengangkat kepala kemudian bertakbir, “Allahu Akbar” (Allah Maha Agung) dan mintalah apa yang anda perlukan, mohonlah hajat anda, seperti, “Rabbigh fir war ham wa tajaa waz’ amma ta’lam” (Ya Allah, ampuni dan kasihanilah aku! dan lepaskanlah dari dosa yang Engkau ketahui). Selanjutnya anda sujud untuk yang kedua kalinya, yang memperkuat penyerahan diri kepada Allah swt.
 
Duduk dan Tasyahud
Ketika anda duduk untuk mengucapkan pengakuan (tasyahud), duduklah dengan sopan. Ungkapkan bahwa sholat dan seluruh amal sholeh yang anda lakukan itu semua semata-mata demi mengharap kasih sayangNya, dan segala sesuatu hanyalah milikNya. Itulah ayng dimaksudkan bahwa segala kehormatan (at tahiyyat) adalah milik Allah swt. “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh”. (Salam sejahtera semoga selalu terlimpah bagi Rasul saw. Serta rahmat dan berkah Allah atasnya).
Yakin bahwa salam yang anda ucapkan akan sampai kepada beliau. Dan beliau juga akan menjawab, bahkan dengan salam yang lebih sempurna bagi anda. Kemudian ucapkan pula salam bagi diri anda serta seluruh hamba Allah yang sholeh. Kemudian persaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusanNya. Dengan mengulang dua kali kesaksian tersebut, anda telah mengulang kembali pengakuan atas kasih sayang Allah Azza wa jalla, dan meyakinkan diri akan perlindunganNya.
 
Doa Penutup
Pada akhir sholat, hendaknya anda berdoa memohon kepadaNya penuh harap secara santun dan disertai kerendahan hati, dengan yakin bahwa permohonan itu didengar. Tunjukkan doa anda termasuk kepada orang tua serta orang-orang beriman lainnya.
 
Salam
Akhirnya, dengan maksud mengakhiri sholat anda, ucapkan salam kepada para malaikat dan mereka yang hadir. Rasakan semua itu sebagai ungkapan syukur kepada Allah swt. Atas segala karuniaNya karena anda dapat menyelesaikan sholat. Bayangkan bahwa anda tengah mengatakan selamat berpisah pada ibadah sholat, dan bahwa mungkin anda meninggal hingga tidak bisa lagi melakukan seperti ini.

Senin, 26 Maret 2012

PENGERTIAN TANTANG ALLAH


1.     Tuhan Berada Di Luar Jangkauan Pikir dan Akal.
Seluruh alam semesta yang tak terhingga terbentang di hadapan mata kita. Tetapi di balik semuanya itu terdapat kekuatan Maha Gaib yang mendalangi semua “ permainan “. Bahkan orang-orang yang tidak percaya akan kebenaran agama dan mengatakan bahwa manusia tidak dapat mengenal bentuk dan sifat Tuhan, mereka tidak menyangkal bahwa Yang Maha Gaib itu ada.
Ahli filsafat yang ternama, Herbert Spencer,sampai pada kesimpulan bahwa kenyataan ini tidak di ketahui dan tidak  dapat di ketahui oleh siapa pun.ia ingin menemukan kenyataan melalui akal dan budi.tetapi kenyataan ini berada diluar jangkauan pikiran dan indra. Karena itu, ia tentu saja menarik kesimpulan bahwa kenyataan itu tidak dapat dipahami oleh pikiran dan  indra. Setiap kejadian duniawi dapat diterangkan dengan akal, tetapi untuk mencapai alam-alam ruhani akal tidak ada gunanya.
Tuhan tudak dapat di batasi oleh waktu, Ia luhur dan mandiri, seluruh ciptaan mentaati perintah-Nya, namun Ia bukanlah pelakunya. Ia tak berbentuk, Ia Maha Ada dan Memelihara segala sesuatu. Ia tak bergerak, Ia Maha Ada dan Maha Kuasa, Abadi, tak terpahamkan, tak terjangkau, tanpa awal, kekal dan Ia adalah kesadaran murni. Ia abadi tak terkalahkan, dan gudang pengetahuan, Ia mandiri, swadaya, Ia lautan kenikmatan dan Ia Maha Ada. Ia merupakan perwujudan sabda dan nama-Nya memelihara segala sesuatu.
2.     Dimanakah Tuhan itu ???
Orang-orang awam mengira bahwa Tuhan bersemayam di balik awan atau di kedalaman lautan. Jiwa-jiwa yang agung telah menghayati-Nya di dalam hatinya, dan para suci sempurna melihat Dia di mana-mana, di dalam maupun di luar. Para suci dan para saleh mengatakan bahwa Ia meresap ke dalam seluruh alam semesta dan bahwa alam semesta hidup di dalam Dia.
Kekuatan itu Maha Tembus dan Ia menggerakkan seluruh alam jagad raya. Dalam ayat-ayat suci, Ia tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu bangsa, agama atau pun masyarakat tertentu. Ia digambarkan sebagai Tuhan seluruh alam semesta’.dikatakan juga bahwa Ia meresap ke mana-mana.
Tidak satu pun tempat atau benda yang hidup maupun yang mati yang tidak mengandung sinar-Nya. Alam semesta ini merupanan tubuhNya., tempat Ia bersemayam. Ia meresapi setiap atom seperti jiwa meresap ke dalam setiap pori-pori  tubuh sehingga ia bisa bergerak. Tubuh akan berubah jadi abu bila jiwa keluar daripadanya. Begitu juga, alam semesta ini akan musnah bila Ia menarik kembali kekuatan-Nya. Unsur angkasa dari alam semesta terbuat dari tenaga hidup yang menjalankannya, merupakan kekuatan yang telah di ciptakan oleh Tuhan. Ia adalah Pencipta, Pemelihara, dan Pemusnah seluruh alam semesta.
Dimanakah Tuhan itu??? Setelah menciptakan dunia, Ia tidak berpisah daripadanya. Ia Maha Kuasa, Ia bersemayam di dalam ciptaan dan meresapinya. Ia kekal dan Maha Ada. Kita tidak perlu mencari Dia di hutan belantara. Yang di butuhkan adalah mencelikan mata ruhani yang dapat melihat Dia. Tanpa menghayatinya sendiri, kita tidak dapat memahami fakta ini. Tentu saja kita dapat memahami sesuatu dengan menggunakan contoh.
Misalkan Ia meresap dan berdering dimana-mana seperti gelombang yang memancar dari stasiun TV yang kuat. Orang yang pikirannya telah menjadi halus dan yang telah menyesuaikan diri kepadanya, ia dapat melihat Dia dan kemuliaan-Nya. Kita merupakan partikel-partikel Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan adalah seperti bagian yang kecil dan keseluruhannya. Tidak ada perbedaan  antara gelombang dengan  lautannya.
Tidak ada bedanya antara matahari dengan sinarnya. Tuhan tidak pernah meremehkan kita walau hanya sesaat. Ia selalu menjaga kita. Kita tidak pernah berpisah dari Dia. Ia selalu ada dalam diri kita dan selalu meresapi jiwa raga kita.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More